PENGERTIAN MORFOFONEMIK
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1985:75). Morfem {ber-}, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b/, / Ə /, /r/. Akibat pertemuan morfem {ajar}, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem {ber-} dengan morfem {ajar} menghasilkan kata {belajar}. Demikianlah di sini terjadi proses morfofonemik yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada {ber-} menjadi /l/.
Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Kata {kerajaan} /k Ə raja?n/ terdiri dua morfem, ialah mprfem ke-an dan raja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemik yang berupa penambahan, ialah penambahan fonem /?/ pada ke-an, hingga morfem ke-an menjadi /k Ə -?an/
Berdasarkan contoh-contoh diatas dapat dikemukakan dua catatan berikut. Pertama, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya, melainkan hanya fonnya saja. Hal ini dapat dipahami karena fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. Kedua, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya pada afiks saja, tetapi yang berubah juga dapat terjadi pada fonem awal bentuk dasarnya.
MACAM MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
Dengan memperhatikan contoh-contoh proses morfofonemik sebagaimana disajikan di atas, dapat dikemukakan bahwa proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia ada tiga macam. Proses morfofonemik tersebut ialah proses perubahan fonem, proses penghilangan fonem, dan proses penambahan fonem.
1. Proses Perubahan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam proses pembentukan kata dimungkinkan terjadi proses perubahan fonem (Sumadi, 2010:141). Misalnya terjadi akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, n, n/, hingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p/, /b/, /f/, /v/
Misalnya :
meN- + paksa → memaksa
meN- + bangun → membangun
meN- + fitnah → memfitnah
peN- + pikir → pemikir
peN- + bantu → pembantu
peN- + fitnah → pemfitnah
b. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/. Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya :
meN- + dapat → mendapat
meN- + tulis → menulis
meN- + suksekan → mensukseskan
peN- + tari → penari
peN- + dengar → pendengar
peN- + supply → pensupply
c. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ny/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s/, /sy/, /c/, dan /j/.
Misalnya :
meN- + sapu → menyapu
meN- + syukuri → mensyukuri
meN- + cari → mencari
meN- + jual → menjual
peN- + sembelih → penyembelih
peN- + cetus → pencetus
peN- + jajah → penjajah
d. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/, dan fonem vokal.
Misalnya :
meN- + kutip → mengutip
meN- + gaji → menggaji
meN- + khawatirkan → mengkhawatirkan
meN- + hukum → menghukum
meN- + angkut → mengangkut
meN- + emban → mengemban
meN- + ikat → mengikat
meN- + uji → menguji
meN- + operasi → mengoperasi
peN- + karang → pengarang
peN- + gerak → penggerak
peN- + khayal → pengkhayal
peN- + hasil → penghasil
peN- + angkut → pengangkut
peN- + edar → pengedar
peN- + ikat → pengikat
peN- + uji → penguji
peN- + omel → pengomel
Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, mengebur, pengebom, pengecat, pengelas, pengebur, juga terdapat proses morfofonemik yang berupa perubahan, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ng/ :
meN- + bom → mengebom
meN- + cat → mengecat
meN- + las → mengelas
peN- + bom → pengebom
peN- + cat → pengecat
peN- + las → pengelas
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi {apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).
2. Proses Penghilangan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dimungkinkan terjadi proses penghilangan fonem. Adapun contoh proses penghilangan fonem adalah sebagai berikut:
meN- + nikah menikahà
meN-i + nikah menikahià
meN-kan + nikah menikahkanà
peN- + waris pewarisà
peN-an + waris pewarisanà
ber- + renang berenangà
ber-an berangkulanà+ rangkul
per- + rasa perasaà
per-an + rumah perumahanà
memper-kan + rebut memperebutkanà
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa akibat bergabungnya morfem dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem, yaitu:
a. Bergabungnya morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-} tersebut.
b. Bergabungnya morfem afiks {meN-i} dan {meN-kan} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, juga terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-i} dan {meN-kan} tersebut.
c. Bergabungnya morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-} tersebut.
d. Bergabungnya morfem afiks {peN-an} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-an} tersebut.
e. Bergabungnya morfem {ber-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /Әr/ pada morfem {ber-} tersebut.
f. Bergabungnya morfem afiks {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /r/ pada morfem {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} tersebut (Sumadi, 2010:144—145).
Ramlan (1985:87) sendiri menuliskan bahwa tidak hanya bentuk dasar yang berawalan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/ saja yang mengalami proses hilangnya fonem. Bentuk dasar yang berawal fonem /y/ juga dapat hilang jika bertemu dengan morfem meN- dan peN-. Contohnya:
meN- + nyanyi menyanyià
meN-kan + yakin meyakinkanà
3. Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahannya ialah /ə/. Sehingga {meN-} berubah menjadi {menge-}.
Misalnya :
meN- + bom mengebomà
meN- + cat mengecatà
meN- + las mengelasà
meN- + bur mengeburà
Proses penambahan fonem /ə/ terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem {peN-} berubah menjadi {penge-}.
Misalnya :
peN- + bom pengebomà
peN- + cat¬¬¬ pengecatà
peN- + las pengelasà
peN- + bur pengeburà
Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.
Misalnya :
-an + hari harian /hariyan/à
-an + lambai /lambay/ lambaian/lambayyan/à
-an + terka terkaan /tərkaʔan/à
ke-an + lestari kelestarian /kələstariyan/à
ke-an + pulau /pulaw/ kepulauan /kəpulawwan/à
ke-an + raja kerajaan /kərajaʔan/à
ke-an + pandai /panday/ kepandaian /kəpandayyan/à
per-an + hati perhatian /pərhatiyan/à
per-an + tikai /tikay/ pertikaian /pərtikayyan/à
per-an + temu pertemuan /pərtəmuwan/à
per-an + toko pertokoan /pərtokowan/à
per-an + sama persamaan /pərsamaʔan/à
peN-an + cuci pencucian /pəñcuciyan/à
peN-an + bantai /bantay/ pembantaian /pəmbantayyan/à
peN-an + temu penemuan /pənəmuwan/à
peN-an + kacau /kacaw/ pengacauan /pəɧacawwan/à
peN-an + ada pengadaan /pəɧadaʔan/à
1. PENGERTIAN MORFOFONEMIK
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1985:75). Morfem {ber-}, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b/, / Ə /, /r/. Akibat pertemuan morfem {ajar}, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem {ber-} dengan morfem {ajar} menghasilkan kata {belajar}. Demikianlah di sini terjadi proses morfofonemik yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada {ber-} menjadi /l/.
Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Kata {kerajaan} /k Ə raja?n/ terdiri dua morfem, ialah mprfem ke-an dan raja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemik yang berupa penambahan, ialah penambahan fonem /?/ pada ke-an, hingga morfem ke-an menjadi /k Ə -?an/
Berdasarkan contoh-contoh diatas dapat dikemukakan dua catatan berikut. Pertama, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya, melainkan hanya fonnya saja. Hal ini dapat dipahami karena fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. Kedua, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya pada afiks saja, tetapi yang berubah juga dapat terjadi pada fonem awal bentuk dasarnya.
MACAM MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
Dengan memperhatikan contoh-contoh proses morfofonemik sebagaimana disajikan di atas, dapat dikemukakan bahwa proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia ada tiga macam. Proses morfofonemik tersebut ialah proses perubahan fonem, proses penghilangan fonem, dan proses penambahan fonem.
1. Proses Perubahan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam proses pembentukan kata dimungkinkan terjadi proses perubahan fonem (Sumadi, 2010:141). Misalnya terjadi akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, n, n/, hingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p/, /b/, /f/, /v/
Misalnya :
meN- + paksa → memaksa
meN- + bangun → membangun
meN- + fitnah → memfitnah
peN- + pikir → pemikir
peN- + bantu → pembantu
peN- + fitnah → pemfitnah
b. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/. Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya :
meN- + dapat → mendapat
meN- + tulis → menulis
meN- + suksekan → mensukseskan
peN- + tari → penari
peN- + dengar → pendengar
peN- + supply → pensupply
c. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ny/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s/, /sy/, /c/, dan /j/.
Misalnya :
meN- + sapu → menyapu
meN- + syukuri → mensyukuri
meN- + cari → mencari
meN- + jual → menjual
peN- + sembelih → penyembelih
peN- + cetus → pencetus
peN- + jajah → penjajah
d. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/, dan fonem vokal.
Misalnya :
meN- + kutip → mengutip
meN- + gaji → menggaji
meN- + khawatirkan → mengkhawatirkan
meN- + hukum → menghukum
meN- + angkut → mengangkut
meN- + emban → mengemban
meN- + ikat → mengikat
meN- + uji → menguji
meN- + operasi → mengoperasi
peN- + karang → pengarang
peN- + gerak → penggerak
peN- + khayal → pengkhayal
peN- + hasil → penghasil
peN- + angkut → pengangkut
peN- + edar → pengedar
peN- + ikat → pengikat
peN- + uji → penguji
peN- + omel → pengomel
Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, mengebur, pengebom, pengecat, pengelas, pengebur, juga terdapat proses morfofonemik yang berupa perubahan, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ng/ :
meN- + bom → mengebom
meN- + cat → mengecat
meN- + las → mengelas
peN- + bom → pengebom
peN- + cat → pengecat
peN- + las → pengelas
Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi {apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).
2. Proses Penghilangan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dimungkinkan terjadi proses penghilangan fonem. Adapun contoh proses penghilangan fonem adalah sebagai berikut:
meN- + nikah menikahà
meN-i + nikah menikahià
meN-kan + nikah menikahkanà
peN- + waris pewarisà
peN-an + waris pewarisanà
ber- + renang berenangà
ber-an berangkulanà+ rangkul
per- + rasa perasaà
per-an + rumah perumahanà
memper-kan + rebut memperebutkanà
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa akibat bergabungnya morfem dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem, yaitu:
a. Bergabungnya morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-} tersebut.
b. Bergabungnya morfem afiks {meN-i} dan {meN-kan} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, juga terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-i} dan {meN-kan} tersebut.
c. Bergabungnya morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-} tersebut.
d. Bergabungnya morfem afiks {peN-an} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-an} tersebut.
e. Bergabungnya morfem {ber-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /Әr/ pada morfem {ber-} tersebut.
f. Bergabungnya morfem afiks {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /r/ pada morfem {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} tersebut (Sumadi, 2010:144—145).
Ramlan (1985:87) sendiri menuliskan bahwa tidak hanya bentuk dasar yang berawalan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/ saja yang mengalami proses hilangnya fonem. Bentuk dasar yang berawal fonem /y/ juga dapat hilang jika bertemu dengan morfem meN- dan peN-. Contohnya:
meN- + nyanyi menyanyià
meN-kan + yakin meyakinkanà
3. Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahannya ialah /ə/. Sehingga {meN-} berubah menjadi {menge-}.
Misalnya :
meN- + bom mengebomà
meN- + cat mengecatà
meN- + las mengelasà
meN- + bur mengeburà
Proses penambahan fonem /ə/ terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem {peN-} berubah menjadi {penge-}.
Misalnya :
peN- + bom pengebomà
peN- + cat¬¬¬ pengecatà
peN- + las pengelasà
peN- + bur pengeburà
Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.
Misalnya :
-an + hari harian /hariyan/à
-an + lambai /lambay/ lambaian/lambayyan/à
-an + terka terkaan /tərkaʔan/à
ke-an + lestari kelestarian /kələstariyan/à
ke-an + pulau /pulaw/ kepulauan /kəpulawwan/à
ke-an + raja kerajaan /kərajaʔan/à
ke-an + pandai /panday/ kepandaian /kəpandayyan/à
per-an + hati perhatian /pərhatiyan/à
per-an + tikai /tikay/ pertikaian /pərtikayyan/à
per-an + temu pertemuan /pərtəmuwan/à
per-an + toko pertokoan /pərtokowan/à
per-an + sama persamaan /pərsamaʔan/à
peN-an + cuci pencucian /pəñcuciyan/à
peN-an + bantai /bantay/ pembantaian /pəmbantayyan/à
peN-an + temu penemuan /pənəmuwan/à
peN-an + kacau /kacaw/ pengacauan /pəɧacawwan/à
peN-an + ada pengadaan /pəɧadaʔan/à
1. PENGERTIAN MORFOFONEMIK
Kata
morfofonemik menunjukan adanya hubungan antara morfem dengan fonem.
Morfofonemik itu sendiri merupakan perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan
bunyi lingkungannya, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem
(Parera, 1988:30). Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang
timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1983:73).
Morfofonemik
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi,
maupun proses komposisi. Contohnya, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada
dasar “hari” akan muncul bunyi {y}, yang dalam artografi tidak dituliskan
tetapi dalam ucapan di tuliskan.
Contoh
: hari + an menjadi [hariyan]
Selain
itu, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar “jawab” akan terjadi
pergeseran letak bunyi {b} kebelakang, membentuk suku kata baru.
Contoh
: ja.wab + an menjadi [ja.wa.ban].
2. PENGHILANGAN
BUNYI
Proses
hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi karena adanya pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /I,r,y,w,dan
nasal/.
Misalnya:
meN-
+ lerai menjadi melerai
peN-
+ lupa menjadi pelupa
Fonem
/r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku
pertamanya berakhir dengan /r/.
Misalnya:
Ber-
+ rapat menjadi berapat
Per-
+ ragakan menjadi peragakan
Ter-
+ rasa menjadi terasa
Fonem-fonem
/p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat peertemuan morfem meN- dan peN- dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem tersebut.
Misalnya:
meN-
+ paksa menjadi memaksa
peN-
+ pengkas menjadi pemangkas
Demikianlah
proses morfofonemik yang dikemukakan oleh Ramlan, yaitu penggunaan perlambangan
yang berbeda untuk afiks-afiks tertentu ramlan menggunakan lambing meN-, peN-,
dan peN-an.
3.
PENAMBAHAN
BUNYI
Proses
penambahan bunyi, antara lain terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan bentu dasar yang terdiri
atas satu suku kata fonem tambahannya ialah / /, sehingga meN- berubah menjadi menge-.
Misalnya:
meN-
+ bom menjadi mengebom
Proses
penambahan fonem / / terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri
atas satu suku, sehingga morfem peN-
berubah menjadi penge-.
Misalnya:
peN-
+ bor menjadi pengebor
Pada
contoh-contoh tersebut diatas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /
/, terjadi juga proses perubahan fonem, yaitu perubahan fonem /N/ menjadi /n/
seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan mengenai perubahan fonem.
Pertemuan morfem –an, ke-an, pe-an
dengan bentuk dasarnya, dapat menyebabkan adanya penambahan fonem /?/ apabila
bentuk dasarnya berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk
dasarnya berakhir dengan /u,o,aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk
dasarnya berakhir dengan /i,ay/.
Misalnya:
-an
+ hari menjadi harian/hariyan/
ke-an
+ pandai/panday menjadi kepandaian/kepandayan/
per-an
+ hati mejadi perhatian/perhatiyan/
peN-an
+ cuci menjadi pencucian/pencuciyan/
4.
PERUBAHAN
BUNYI
Proes
perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meN- dan peN- dengan
bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,ñ,ŋ/, hingga
morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-,
an morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu
tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Dalam hal ini bunyi /N/
harus berubah menjadi bunyi nasal yang articulator dan daerah artikulasinya
sama homorgan, dengan bunyi pertama bentuk dasarnya.
Misalnya
:
meN-
berubah menjadi mem- apabila melekt pada bentuk dasar yang diawali dengan fonem
b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah /m/.
Selanjutnya,
kaidah-kaidah perubahan bunyi nasal (/N/) tersebut dapat di ikhtisarkan sebagai
berikut :
a) Fonem
/N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/. Uraiannya sebagai
berikut:
1) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /p/,misalnya:
meN-
+ paksa menjadi memaksa
2) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /p/,misalnya:
peN-
+ paksa menjadi pemaksa
3) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya:
meN-
+ bantu menjadi membantu
4) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya :
peN-
+ bantu menjadi pembantu
5) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /f/, misalnya:
meN-
+ fitnah menjadi memfitnah
6) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /f/, misalnya:
peN-
+ fitnah menjadi pemfitnah
b) Fonem
/N/ pada meN berubah menjadi fonem
/n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s,/. Fonem
/s/ disini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa
asing yang masih mempertahankan keasingannya. Uraiannya adalah sebagai berikut
:
1) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /t/, misalnya :
meN-
+ tulis menjadi menulis
2) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /t/, misalnya :
peN-
+ tulis menjadi penulis
3) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /d/, misalnya :
meN-
+ datangkan menjadi mendatangkan
4) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /d/, misalnya :
peN-
+ datang menjadi pendatang
5) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN-
+ support menjadi mensupport
6) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
peN-
+ support menjadi pensupport
c) Fonem
/N/ pada morfem meN- dan peN berubah menjadi /ñ/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, s, c, j/. uraiannya sebagai berikut:
1) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN-
+ sapu menjadi menyapu
2) peN-+
bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
peN-
+ sapu menjadi penyapu
3) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN-
+ syaratkan menjadi mensyaratkan
4) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /c/, misalnya :
meN-
+ cari menjadi meñcari
5) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /c/, misalnya:
peN-
+ cari menjadi peñcari
6) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /j/, misalnya:
meN-
+ jadi menjadi menjadi
7) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /j/, misalnya :
peN-
+ judi menjadi penjudi
d) Fonem
/N/ pada meN- dan peN berubah menjadi /h/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan
vocal/. Uraiannya adalah sebagai berikut :
1) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /k/,
misalnya:
meN- + kacau menjadi mengacau
2) peN-
+
bentuk dasar yang berawal fonem /k/, misalnya :
peN- + kacau menjadi pengacau
3) meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /g/,
misalnya :
meN- + garis menjadi menggaris
4) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /g/,
misalnya :
peN- + garis menjadi penggaris
5) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /k/,
misalnya :
meN- + khayalkan menjadi mengkhayalkan
6) peN-
+ bentuk dasaar yang berawal fonem /k/,
misalnya :
peN- + khayal menjadi pengkhayal
7) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /h/, misalnya :
meN- + habiskan menjadi menghabiskan
8) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /h/,
misalnya :
peN- + habisan menjadi penghabisan
9) meN-
+ bentuk dasar fonem awalnya berupa vokal, misalnya :
meN- + angkut
menjadi mengangkut
10) peN-
+ bentuk dasar fonem awalnya berupa vokal, misalnya :
peN- + angkut
menjadi pengangkut
fonem /N/ juga
berubah menjadi /h/ apabila menghadapi bentuk dasar
yang terdiri atas satu suku kata. Uraiannya adalah sebagai berikut :
1) meN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya :
meN- + bom
menjadi mengebom
2) peN-
+ bentuk dasar yang berawal fonem /b/,
misalnya :
peN- + bom
menjadi pengebom
Di samping proses perubahan, pada kata-kata itu
terjadi juga proses penambahan, ialah penambahan fonem / /.
Fonem /r/ pada morfem ber- dan per-
mengalami perubahan menjadi /l/ sebagai akibat.
Pertemuan morfem tersebut dengan bentuk dasarnya
yang berupa morfem ajar
Ber- + ajar menjadi belajar
Per- + ajar menjadi
pelajar
Fonem /?/ pada
morfem-morfem duduk /dudu?/, rusak rusa?/, petik /p ti?/, dan sebagainya,
berubah menjadi /k/ sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan morfem
ke-an, peN-an, dan - i, misalnya :
Ke-an + duduk
/ dudu?/ menjadi kedudukan / k dudukan/
peN-an + petik / peti?/ menjadi
pemetikan / p m tikan/
- i + petik / peti?/
menjadi petiki /p tiki/
Komentar
Posting Komentar