Langsung ke konten utama

Morfofonemik



PENGERTIAN MORFOFONEMIK
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1985:75). Morfem {ber-}, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b/, / Ə /, /r/. Akibat pertemuan morfem {ajar}, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem {ber-} dengan morfem {ajar} menghasilkan kata {belajar}. Demikianlah di sini terjadi proses morfofonemik yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada {ber-} menjadi /l/.
Menurut Sumadi (2010:140) morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Zaenal Arifin dan Junaiyah (2009:16) morfofonemik ialah proses berubahannya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan.
Kata {kerajaan} /k Ə raja?n/ terdiri dua morfem, ialah mprfem ke-an dan raja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadilah proses morfofonemik yang berupa penambahan, ialah penambahan fonem /?/ pada ke-an, hingga morfem ke-an menjadi /k Ə -?an/
Berdasarkan contoh-contoh diatas dapat dikemukakan dua catatan berikut. Pertama, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya, melainkan hanya fonnya saja. Hal ini dapat dipahami karena fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. Kedua, sebenarnya yang berubah bukan fonemnya pada afiks saja, tetapi yang berubah juga dapat terjadi pada fonem awal bentuk dasarnya.

MACAM MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA
Dengan memperhatikan contoh-contoh proses morfofonemik sebagaimana disajikan di atas, dapat dikemukakan bahwa proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia ada tiga macam. Proses morfofonemik tersebut ialah proses perubahan fonem, proses penghilangan fonem, dan proses penambahan fonem.
1. Proses Perubahan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam proses pembentukan kata dimungkinkan terjadi proses perubahan fonem (Sumadi, 2010:141). Misalnya terjadi akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, n, n/, hingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p/, /b/, /f/, /v/
Misalnya :
meN- + paksa → memaksa
meN- + bangun → membangun
meN- + fitnah → memfitnah
peN- + pikir → pemikir
peN- + bantu → pembantu
peN- + fitnah → pemfitnah

b. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/. Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Misalnya :
meN- + dapat → mendapat
meN- + tulis → menulis
meN- + suksekan → mensukseskan
peN- + tari → penari
peN- + dengar → pendengar
peN- + supply → pensupply

c. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ny/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s/, /sy/, /c/, dan /j/.
Misalnya :
meN- + sapu → menyapu
meN- + syukuri → mensyukuri
meN- + cari → mencari
meN- + jual → menjual
peN- + sembelih → penyembelih
peN- + cetus → pencetus
peN- + jajah → penjajah

d. Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/, dan fonem vokal.
Misalnya :
meN- + kutip → mengutip
meN- + gaji → menggaji
meN- + khawatirkan → mengkhawatirkan
meN- + hukum → menghukum
meN- + angkut → mengangkut
meN- + emban → mengemban
meN- + ikat → mengikat
meN- + uji → menguji
meN- + operasi → mengoperasi
peN- + karang → pengarang
peN- + gerak → penggerak
peN- + khayal → pengkhayal
peN- + hasil → penghasil
peN- + angkut → pengangkut
peN- + edar → pengedar
peN- + ikat → pengikat
peN- + uji → penguji
peN- + omel → pengomel

Pada kata mengebom, mengecat, mengelas, mengebur, pengebom, pengecat, pengelas, pengebur, juga terdapat proses morfofonemik yang berupa perubahan, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ng/ :
meN- + bom → mengebom
meN- + cat → mengecat
meN- + las → mengelas
peN- + bom → pengebom
peN- + cat → pengecat
peN- + las → pengelas

Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).
Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi {apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

2. Proses Penghilangan Fonem
Dalam proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain dimungkinkan terjadi proses penghilangan fonem. Adapun contoh proses penghilangan fonem adalah sebagai berikut:

meN- + nikah  menikah
à
meN-i + nikah  menikahi
à
meN-kan + nikah  menikahkan
à
peN- + waris  pewaris
à
peN-an + waris  pewarisan
à
ber- + renang  berenang
à
ber-an  berangkulan
à+ rangkul
per- + rasa  perasa
à
per-an + rumah  perumahan
à
memper-kan + rebut memperebutkan
à

Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa akibat bergabungnya morfem dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem, yaitu:
a. Bergabungnya morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-} tersebut.
b. Bergabungnya morfem afiks {meN-i} dan {meN-kan} apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, juga terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {meN-i} dan {meN-kan} tersebut.
c. Bergabungnya morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-} tersebut.
d. Bergabungnya morfem afiks {peN-an} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/, terjadi penghilangan fonem /N/ pada morfem {peN-an} tersebut.
e. Bergabungnya morfem {ber-} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /Әr/ pada morfem {ber-} tersebut.
f. Bergabungnya morfem afiks {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} dengan bentuk dasarnya, dapat terjadi penghilangan fonem. Apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya bervokal lemah, terjadi penghilangan fonem /r/ pada morfem {ber-an}, {per-}, {per-an}, dan {memper-kan} tersebut (Sumadi, 2010:144—145).
Ramlan (1985:87) sendiri menuliskan bahwa tidak hanya bentuk dasar yang berawalan fonem /l/, /r/, /m/, /n/, dan /w/ saja yang mengalami proses hilangnya fonem. Bentuk dasar yang berawal fonem /y/ juga dapat hilang jika bertemu dengan morfem meN- dan peN-. Contohnya:
meN- + nyanyi  menyanyi
à
meN-kan + yakin  meyakinkan
à

3. Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem antara lain terjadi sebagai akibat pertemuan morfem {meN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahannya ialah /ə/. Sehingga {meN-} berubah menjadi {menge-}.
Misalnya :
meN- + bom  mengebom
à
meN- + cat  mengecat
à
meN- + las  mengelas
à
meN- + bur  mengebur
à

Proses penambahan fonem /ə/ terjadi juga sebagai akibat pertemuan morfem {peN-} dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem {peN-} berubah menjadi {penge-}.
Misalnya :
peN- + bom  pengebom
à
peN- + cat¬¬¬  pengecat
à
peN- + las  pengelas
à
peN- + bur  pengebur
à

Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /ə/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/.
Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /ʔ/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.
Misalnya :
-an + hari  harian /hariyan/
à
-an + lambai /lambay/  lambaian/lambayyan/
à
-an + terka  terkaan /tərkaʔan/
à
ke-an + lestari  kelestarian /kələstariyan/
à
ke-an + pulau /pulaw/  kepulauan /kəpulawwan/
à
ke-an + raja  kerajaan /kərajaʔan/
à
ke-an + pandai /panday/  kepandaian /kəpandayyan/
à
per-an + hati  perhatian /pərhatiyan/
à
per-an + tikai /tikay/  pertikaian /pərtikayyan/
à
per-an + temu  pertemuan /pərtəmuwan/
à
per-an + toko  pertokoan /pərtokowan/
à
per-an + sama  persamaan /pərsamaʔan/
à
peN-an + cuci  pencucian /pəñcuciyan/
à
peN-an + bantai /bantay/  pembantaian /pəmbantayyan/
à
peN-an + temu  penemuan /pənəmuwan/
à
peN-an + kacau /kacaw/  pengacauan /pəɧacawwan/
à
peN-an + ada  pengadaan /pəɧadaʔan/
à


1.      PENGERTIAN MORFOFONEMIK
Kata morfofonemik menunjukan adanya hubungan antara morfem dengan fonem. Morfofonemik itu sendiri merupakan perubahan bentuk sebuah morfem berdasarkan bunyi lingkungannya, yaitu yang menyangkut hubungan antara morfem dan fonem (Parera, 1988:30). Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1983:73).
Morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Contohnya, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar “hari” akan muncul bunyi {y}, yang dalam artografi tidak dituliskan tetapi dalam ucapan di tuliskan.
Contoh : hari + an menjadi [hariyan]
Selain itu, dalam proses pengimbuhan sufiks-an pada dasar “jawab” akan terjadi pergeseran letak bunyi {b} kebelakang, membentuk suku kata baru.
Contoh : ja.wab + an menjadi [ja.wa.ban].
2.      PENGHILANGAN BUNYI
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /I,r,y,w,dan nasal/.
Misalnya:
meN- + lerai menjadi melerai
peN- + lupa menjadi pelupa
Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/.
Misalnya:
Ber- + rapat menjadi berapat
Per- + ragakan menjadi peragakan
Ter- + rasa menjadi terasa
Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang akibat peertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem tersebut.
Misalnya:
meN- + paksa menjadi memaksa
peN- + pengkas menjadi pemangkas
Demikianlah proses morfofonemik yang dikemukakan oleh Ramlan, yaitu penggunaan perlambangan yang berbeda untuk afiks-afiks tertentu ramlan menggunakan lambing meN-, peN-, dan peN-an.
3.      PENAMBAHAN BUNYI
Proses penambahan bunyi, antara lain terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan bentu dasar yang terdiri atas satu suku kata fonem tambahannya ialah / /, sehingga meN- berubah menjadi menge-.
Misalnya:
meN- + bom menjadi mengebom
Proses penambahan fonem / / terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku, sehingga morfem peN- berubah menjadi penge-.
Misalnya:
peN- + bor menjadi pengebor
Pada contoh-contoh tersebut diatas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem / /, terjadi juga proses perubahan fonem, yaitu perubahan fonem /N/ menjadi /n/ seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan mengenai perubahan fonem. Pertemuan morfem –an, ke-an, pe-an dengan bentuk dasarnya, dapat menyebabkan adanya penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan vokal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan /u,o,aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasarnya berakhir dengan /i,ay/.
Misalnya:
-an + hari menjadi harian/hariyan/
ke-an + pandai/panday menjadi kepandaian/kepandayan/
per-an + hati mejadi perhatian/perhatiyan/
peN-an + cuci menjadi pencucian/pencuciyan/
4.      PERUBAHAN BUNYI
Proes perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,ñ,ŋ/, hingga morfem meN- berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, an morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Dalam hal ini bunyi /N/ harus berubah menjadi bunyi nasal yang articulator dan daerah artikulasinya sama homorgan, dengan bunyi pertama bentuk dasarnya.
Misalnya :
meN- berubah menjadi mem- apabila melekt pada bentuk dasar yang diawali dengan fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah /m/.
Selanjutnya, kaidah-kaidah perubahan bunyi nasal (/N/) tersebut dapat di ikhtisarkan sebagai berikut :
a)      Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/. Uraiannya sebagai berikut:
1)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /p/,misalnya:
meN- + paksa menjadi memaksa
2)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /p/,misalnya:
peN- + paksa menjadi pemaksa
3)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya:
meN- + bantu menjadi membantu
4)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya :
peN- + bantu menjadi pembantu
5)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /f/, misalnya:
meN- + fitnah menjadi memfitnah
6)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /f/, misalnya:
peN- + fitnah menjadi pemfitnah
b)      Fonem /N/ pada meN berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s,/. Fonem /s/ disini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. Uraiannya adalah sebagai berikut :
1)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /t/, misalnya :
meN- + tulis menjadi menulis
2)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /t/, misalnya :
peN- + tulis menjadi penulis
3)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /d/, misalnya :
meN- + datangkan menjadi mendatangkan
4)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /d/, misalnya :
peN- + datang menjadi pendatang
5)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN- + support menjadi mensupport
6)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
peN- + support menjadi pensupport
c)      Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah menjadi /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, s, c, j/. uraiannya sebagai berikut:
1)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN- + sapu menjadi menyapu
2)      peN-+ bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
peN- + sapu menjadi penyapu
3)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /s/, misalnya :
meN- + syaratkan menjadi mensyaratkan
4)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /c/, misalnya :
meN- + cari menjadi meñcari
5)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /c/, misalnya:
peN- + cari menjadi peñcari
6)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /j/, misalnya:
meN- + jadi menjadi menjadi
7)      peN- + bentuk dasar yang berawal fonem /j/, misalnya :
peN- + judi menjadi penjudi
d)     Fonem /N/ pada meN- dan peN berubah menjadi /h/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vocal/. Uraiannya adalah sebagai berikut :
1)      meN- +  bentuk dasar yang berawal fonem /k/, misalnya:
 meN- + kacau menjadi mengacau
2)      peN-  +  bentuk dasar yang berawal fonem /k/, misalnya :
peN-  + kacau menjadi pengacau
3)       meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /g/, misalnya :
meN-  + garis menjadi menggaris
4)      peN-  + bentuk dasar yang berawal fonem /g/, misalnya :
peN-  + garis menjadi penggaris
5)      meN-  + bentuk dasar yang berawal fonem /k/, misalnya :
meN-  + khayalkan menjadi mengkhayalkan
6)      peN-  + bentuk dasaar yang berawal fonem /k/, misalnya :
peN-  + khayal menjadi pengkhayal
7)      meN-  + bentuk dasar yang  berawal fonem /h/, misalnya :
meN-  + habiskan menjadi menghabiskan
8)      peN-  + bentuk dasar yang berawal fonem /h/, misalnya :
peN-  + habisan menjadi penghabisan
9)      meN- + bentuk dasar fonem awalnya berupa vokal, misalnya :
meN- + angkut menjadi mengangkut
10)  peN- + bentuk dasar fonem awalnya berupa vokal, misalnya :
peN- + angkut menjadi pengangkut
fonem /N/ juga berubah menjadi /h/ apabila menghadapi bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata. Uraiannya adalah sebagai berikut :
1)      meN- + bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya :
meN- + bom menjadi mengebom
2)      peN-  + bentuk dasar yang berawal fonem /b/, misalnya :
peN- + bom menjadi pengebom
Di samping proses perubahan, pada kata-kata itu terjadi juga proses penambahan, ialah penambahan fonem / /.
Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan menjadi /l/ sebagai akibat.
Pertemuan morfem tersebut dengan bentuk dasarnya yang berupa morfem ajar
Ber-     +          ajar      menjadi           belajar
Per-      +          ajar      menjadi                                               pelajar                
Fonem /?/ pada morfem-morfem duduk /dudu?/, rusak rusa?/, petik /p ti?/, dan sebagainya, berubah menjadi /k/ sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan morfem ke-an, peN-an, dan - i, misalnya :
Ke-an              +          duduk / dudu?/ menjadi kedudukan / k dudukan/
peN-an                        +          petik / peti?/     menjadi pemetikan / p m tikan/
- i                     +          petik / peti?/    menjadi petiki /p tiki/    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengimbuhan: Imbuhan me- + KTSP

Sebelumnya, silakan jawab beberapa pertanyaan ini. Tentukan penulisan imbuhan me- yang tepat di antara kedua kata berikut! 1. mengkontrak atau mengontrak 2. mensejahterakan atau menyejahterakan 3. mempaku atau memaku 4. mentraktir atau menraktir 5. mengkonsolidasi atau mengonsolidasi 6. mempengaruhi atau memengaruhi 7. mempercayai atau memercayai 8. memperhatikan atau memerhatikan 9. mempertinggi atau memertinggi 10. mempunyai atau memunyai Dari kesepuluh jawaban tersebut, silakan hitung jawaban kamu yang benar. Jawaban yang tepat adalah 1. mengontrak 2. menyejahterakan 3. memaku 4. mentraktir 5. mengonsolidasi 6. memengaruhi 7. memercayai 8. memerhatikan 9. mempertinggi 10. mempunyai Jika jawaban kamu ada yang salah, silakan lanjutkan membaca tulisan ini karena saya akan memberikan beberapa petunjuk mengenai hal tersebut. Namun, jika benar semua, selamat, tandanya kamu sudah menguasai pengimbuhan me- sehingga tidak perlu memba...

Analisis Gerakan Feminisme Puisi "Surat Seorang Istri" Karya W.S.Rendra

W.S.Rendra adalah salah satu penulis terkenal Indonesia yang karyanya paling banyak disukai generasi zaman sekarang. Karyanya yang paling banyak adalah berupa puisi dan syair yang lebih mengisahkan kehidupan kaum wanita. Dalam sejarah hidup beliau, dia sudah mulai mengenal lawan jenis saat usia 11 tahun, dia punya banyak teman. Daya Tarik dari tingkah laku beliau sudah barang tentu memikat gadis-gadis. Memang beliau tampak sebagai anak yang gemar menggoda saat itu. Mungkin hal inilah yang menyebabkan karya-karyanya lebih mengisahkan kaum wanita. Salah satu karyanya yang terkenal dalam buku Puisi-Puisi Cinta adalah puisi yang berjudul “Surat Seorang Istri” yaitu pada halaman 32. Gerakan feminime dalam pusi Surat Seorang Istri karya W.S.Rendra adalah mengandung feminisme Liberal yaitu adanya kesetaraan hak dan kedudukan antara pria dan wanita yaitu pada bait ke-5 puisi yang berbunyi: Engkau memang rajawali, Abang ! Tabah dan mengagumkan ! Harus kulepas engkau terbang Bila ...

Afiks meN- dan peN-

A.     Afiks meN- Penggunaan meN- sebagai lambang awalan dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki enam awalan, yaitu me-, men-, meny-, mem-,meng-, menge- (Arifin, 2009: 30). Fungsi dari afiks meN- sebagai pembentuk kata verba (kerja) transitif meskipun ada juga yang berbentuk intransitif. 1.        Prefiks meN- direalisasikan menjadi me- Dalam perubahan prefiks meN- menjadi me- terjadi pembatalan nasalisasi sehingga menjadi /meØ-/ peristiwa ini terjadi jika bentuk dasar yang mengikuti prefik meN- berfonem awal /m/, /n/, /l/, /r/, /w/, dan /ň(ny) (Ariyanto, 2010 :72). Contoh : Prefiks Fonem Awal Bentuk Dasar Realisasi Nasal dan Realisasi Fomem Awal Hasil Ubahan meN- /m/ = m Marah Musnah Maju /meØ-/ : →[mə- +m…]      me- +m… m→ m Memarahi Memusnahkan Memajukan meN- ...

Analisis Anafora dan Katafora Pada Wacana Berita "Misteri Tewasnya Ilmuwan NASA, Dibunuh Alien ?"

1.       Pendahuluan Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, pemikiran kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan yang disertai dengan unsur segmental dan nonsegmental. Menurut Kurniawan (1999:221) dalam Darma (2009:3) bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau berinteraksi sosial. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan lain-lain kepada orang lain. Bahasa meliputi tataran gramatikal yakni mulai dari tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap. Hal ini dikarenakan wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf, yang dibentuk oleh kalimat-kalimat. Wacana yang baik adalah wacana yang memperhatikan hubungan anta...

Contoh Proposal KKN

Denpasar , 3 Agustus 2016 Nomor              : 00 2 /KKN.UNMAS/ VII /2015 Lampiran          :1 (satu) Gabung Perihal              :Permohonan Dana Kepada Yth. LPPM Universitas Mahasaraswati Denpasar         d i             Tempat Dengan hormat,             Dalam rangka merealisasikan program kerja mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mahasaraswati Denpasar Angkatan XXXI X Periode I I di UNMAS dan sekitarnya dari tanggal 25 Juli 2014 s.d. 3 September 201 6 kami bermaksud untuk mengajukan permohonan dana.             Sehubungan dengan hal tersebut kami ajukan proposal permohonan dana ...

Teori Drama

A.     Sejarah Drama Kelahiran drama purba -           Upacara Primitif -           Nyanyian Penghormatan -           Mendengarkan Cerita 1.       Drama dan teater Yunani kuno -           Festival tari dan nyanyian (600 SM) -           Pemujaan dewa Dyonisius (dewa kesuburan bagi bangsa Yunani) -           Tradisi sayembara drama Tokoh drama Yunani a.        Aristoteles Penggagas tata pemanggungan drama Yunani dan hukum drama. Pemanggungan drama Yunani: -           Poeima ( toko menginginkan sesuatu ) -           Pathema ( tersiksa ...

Ejaan Bahasa Indonesia

1.  Ejaan van Ophuysen (1901-1947) Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. Seperti yang udah gue sebutkan sebelumnya di atas, ejaan Ophuijsen lahir dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan kekuasaan di daerah kolonisasinya. Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan van Ophuysen Dulu, bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi (Arab Melayu atau Arab gundul). Meskipun bahasa ini tetap hidup di masyarakat, para sarjana Belanda menilai bahasa Melayu tidak cocok menggunakan huruf Arab karena penulisan huruf vokal seperti e , i , o ditulis sama saja saat ingin menuliskan kata yang memiliki vocal a dan u . Bagi yang tinggal di daerah Riau dan pernah mendapatkan pelajaran Arab Melayu dari sekolahnya, mungkin ngerti nih  dengan apa yang gue maksud. Sebagai ilustrasi, cob...